triggernetmedia.com. Jakarta – Bank Indonesia (BI) memproyeksikan ketidakpastian ekonomi global akan terus membayangi hingga tahun 2026. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pertumbuhan ekonomi dunia akan stagnan di kisaran 3 persen, dengan tekanan utama berasal dari Amerika Serikat, yang bahkan berisiko mengalami resesi.
“Pertumbuhan ekonomi AS tahun ini 2,1 persen, diperkirakan turun menjadi 1,8 persen di 2026, dengan potensi resesi,” kata Perry dalam rapat bersama Banggar DPR, Jumat (4/7/2025).
Ia menyebut faktor utama pelemahan global berasal dari kebijakan tarif AS dan eskalasi konflik geopolitik, terutama di Timur Tengah. Negara mitra dagang lain seperti Eropa, Jepang, dan Tiongkok juga diperkirakan melambat, dengan proyeksi ekonomi Tiongkok turun dari 4,3 persen menjadi 4,1 persen di 2026.
Meski demikian, Perry menyoroti India sebagai titik terang, dengan proyeksi pertumbuhan mencapai 6,6 persen pada 2026. India dinilai bisa menjadi pasar ekspor potensial di tengah pelemahan global.
“Fragmentasi global dan gangguan rantai pasok masih akan jadi tantangan utama. Tapi kami masih melihat ruang untuk menurunkan BI rate guna mendorong pertumbuhan,” ujarnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyuarakan kewaspadaan atas situasi global yang semakin tidak menentu. Ia menyoroti lonjakan Indeks Ketidakpastian Global (GUI) ke angka 472 dan Baltic Dry Index ke 1.605, sebagai indikator tekanan yang meningkat.
“Perang tarif dan konflik bersenjata memperbesar ketidakpastian. Pemerintah perlu mengantisipasi dampaknya sampai 2026,” kata Sri Mulyani. Ia juga menekankan bahwa posisi non-blok Indonesia menjadi nilai strategis di tengah gejolak global yang tak lagi mengikuti aturan multilateral yang mapan.