triggernetmedia.com, JAKARTA – Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada 2024 masih tergolong tinggi dan belum sesuai dengan target nasional maupun global. Hal ini disampaikan oleh dr. Tutut Purwanti, Program Manager Expanding Saving Lives at Birth (ESLAB) dari Yayasan Project HOPE dalam acara Diseminasi Hasil Evaluasi Akhir Program ESLAB, yang berlangsung pada 15–16 Juli 2025 di Jakarta.
“Target AKI dalam RPJMN 2024 adalah 183 per 100.000 kelahiran hidup. Namun hingga pertengahan 2024, tercatat 4.151 kematian ibu secara nasional—atau sekitar 691 kasus per bulan. Itu setara dengan satu gerbong penuh penumpang kereta cepat Whoosh setiap bulannya,” ungkap Tutut dalam siaran pers, Selasa (15/7/2025).
Capaian tersebut, menurutnya, masih jauh dari target global dalam Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.
Angka Turun, Tapi Masih Tertinggal dari Negara Tetangga
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), AKI di Indonesia memang menurun dari 346 per 100.000 kelahiran hidup pada 2010 menjadi 189 pada 2020—penurunan sekitar 45% dalam satu dekade. Namun, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti:
-
Malaysia: 21
-
Thailand: 29
-
Singapura: 7
Demikian pula dengan AKB. Berdasarkan data BPS 2023, AKB menurun dari 26 per 1.000 kelahiran hidup pada 2010 menjadi 16,85 pada 2020. Meski menurun, angka ini masih menjadi indikator penting dalam menilai kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Kesehatan Ibu adalah Hak Dasar
Tutut menegaskan pentingnya layanan kesehatan selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.
“Setiap perempuan berhak atas pelayanan kesehatan ibu untuk hidup sehat dan berkualitas. AKI dan AKB bukan sekadar angka statistik, tapi gambaran nyata kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu negara,” tegasnya.
Evaluasi ESLAB: Inovasi, Sinergi, dan Harapan Baru
Acara diseminasi ini juga menjadi ruang refleksi dan berbagi praktik baik dari empat kabupaten pelaksana program ESLAB: Indramayu, Grobogan, Sumedang, dan Sampang. Hadir pula perwakilan dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, dan Bappenas.
Program ESLAB yang dijalankan sejak 2022 oleh Yayasan Project HOPE Indonesia dan Project HOPE US, dengan dukungan dana hibah dari Johnson & Johnson Foundation melalui Give2Asia, telah melibatkan lebih dari 6.600 tenaga kesehatan, mulai dari dokter, perawat, bidan, hingga kader.
Salah satu capaian konkret terjadi di Indramayu, di mana angka rujukan kegawatdaruratan menurun karena kader kesehatan telah mampu mengenali tanda bahaya sejak dini.
Menuju Masa Depan yang Lebih Sehat
Evaluasi akhir ESLAB diharapkan bisa menjadi dasar dalam merumuskan rekomendasi kebijakan berkelanjutan demi menekan AKI dan AKB secara nasional.
“Dibutuhkan inovasi dan sinergi lintas sektor agar setiap ibu dan bayi di Indonesia bisa hidup dengan sehat, aman, dan bermartabat,” tutup Tutut.




