banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600

Lebih dari 700 Juta Serangan Siber Terjadi di Indonesia Sepanjang 2022

Ilustrasi Kebocoran Data. (Pexel)
banner 120x600

triggernetmedia.com – Sejumlah pelanggaran dan kebocoran data besar telah terjadi di Indonesia, dalam beberapa bulan terakhir.

Data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memperkirakan 714.170.967 serangan siber akan terjadi di tanah air sepanjang 2022.

Serangan siber dapat mengakibatkan kebocoran data yang dapat mengancam bisnis dan perusahan di berbagai industri.

Ancaman siber dapat menyebabkan kerugian finansial yang berkelanjutan apabila tidak ditanggulangi.

Sandiman Muda Badan Direktorat Keamanan Siber & Sandi Industri BSSN, Ricky Aji mengatakan, pelaku ancaman siber sudah melakukan pergeseran dari menyerang infrastruktur siber menjadi menyerang langsung ke end-user atau pengguna.

“Terutama pengguna yang kurang memiliki wawasan keamanan siber. Maka dari itu penting untuk meningkatkan wawasan keamanan siber bagi masyarakat,” kata Ricky dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (7/10/2022).

Kantor BSSN di Depok, Jawa Barat. [Antara]
Ilustrasi kantor BSSN. [Antara]

Menurut dia, pain points dalam mengungkap serangan siber adalah atribusi. Maka itulah sangat jarang untuk dibawa ke pengadilan.

“Karena memang sulit untuk menemukan siapa yang melakukan dan di mana dia melakukannya. Oleh karena itu proses atribusi ini tidak mudah dan cukup memakan waktu,” ucap Ricky.

Regional Director Southeast Asia Menlo Security, CK Mah menyatakan, hampir semua orang Indonesia melakukan transaksi melalui internet, dari handphone, laptop, dan lainnya.

Hal itu memerlukan infrastruktur yang baik untuk menjaga transaksi secara online dengan aman.

“Menlo Security senang dipercaya oleh perusahaan di industri bank, telekomunikasi, dan juga pemerintah dalam memberikan layanan tersebut,” ungkapnya.

Dia mengaku, serangan dan ancaman siber bakal terus meningkat. Contohnya, Menlo Security menemukan terjadinya peningkatan serangan siber dari Rusia ke bank-bank di Asia tidak lama setelah konflik geopolitik terjadi.

“Hal itu semakin meningkatkan urgensi keamanan siber, terlebih aktivitas perusahaan banyak terjadi di cloud,” ujarnya lagi.

Meningkatkan kemampuan keamanan siber harus menjadi prioritas utama untuk pemerintah dan juga perusahaan di segala industri.

Urgensi ini juga ditunjukkan dalam laporan dari INTERPOL pada 2021 yang menyatakan bahwa 60 persen malware finansial seluler meningkat di Indonesia.

Selain itu, laporan tersebut juga menyebutkan bahwa Indonesia memiliki jumlah kasus ransomware tertinggi dengan 1,3 juta kasus.

Ini jelas merupakan sesuatu yang harus ditingkatkan, terutama dengan penetrasi internet negara yang mencapai 64 persen tahun lalu.

Beberapa tahun yang akan mendatang, lanskap keamanan siber akan terus menjadi lebih menantang karena kecanggihan, kemajuan teknologi dan kecakapan pelaku serangan siber.

Misalnya, penipuan dan penyusupan tetap menjadi ancaman yang berkembang di Indonesia, meskipun ada sedikit penurunan dalam indeks kejahatan siber antara 2021 dan 2022 yang dinyatakan oleh Indeks Keamanan Siber Nasional.

“Dengan demikian, kesadaran keamanan siber di Indonesia juga telah menunjukkan peningkatan dengan bisnis di pasar mengambil lebih banyak tindakan pencegahan terhadap phishing, ransomware, dan malware,” jelas dia. Dinukil dari suara.com.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *