triggernetmedia.com, Jakarta – Komisi VII DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Kementerian ESDM, SKK Migas, BPH Migas, dan Pertamina untuk membahas asumsi makro sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) dalam RAPBN 2026. Fokus utama dalam pertemuan ini adalah merumuskan kebijakan yang realistis dan adaptif terhadap dinamika global, sekaligus mendorong ketahanan energi nasional.
Ketua Komisi VII DPR RI, Bambang Patijaya, menegaskan bahwa sektor migas memegang peranan strategis dalam menopang ketahanan energi sekaligus sebagai kontributor utama penerimaan negara. Namun, tantangan seperti penurunan produksi (lifting) dan kebutuhan efisiensi pengelolaan blok migas harus segera diatasi.
“Lifting migas masih belum optimal. Diperlukan strategi konkret untuk menjawab tantangan efisiensi dan keberlanjutan sektor migas,” ujar Bambang.
Target Lifting dan Strategi Pemerintah
Pelaksana Tugas Dirjen Migas Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyatakan bahwa pemerintah menargetkan peningkatan produksi migas dengan mengoptimalkan lapangan eksisting serta mengaktifkan kembali sumur dan blok migas yang sudah idle.
“Reaktivasi lapangan tidak aktif menjadi salah satu strategi utama kami,” ungkap Tri.
Tantangan Produksi: Natural Decline 21 Persen
Sementara itu, Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina, Jaffee Arizon Suardin, mengungkapkan bahwa tantangan terbesar saat ini adalah penurunan alami produksi (natural decline) sekitar 21 persen per tahun. Meski begitu, Pertamina memperkirakan total produksi hingga akhir 2025 masih bisa tumbuh 3 persen secara keseluruhan.
Pertamina, melalui Subholding Upstream, mencatatkan produksi hingga Mei 2025 sebesar 1,04 juta barel setara minyak per hari (MMBOEPD), terdiri atas 559 ribu barel minyak per hari (MBOPD) dan 2.800 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD).
Inovasi dan Ekspansi Pertamina Hulu Energi
Untuk menjaga kinerja lifting, Pertamina mengandalkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR), eksplorasi sumur baru, serta akuisisi blok migas di luar negeri. Pertamina saat ini berkontribusi 69 persen terhadap produksi minyak nasional dan 37 persen terhadap gas nasional.
Melalui Pertamina Hulu Energi (PHE), perusahaan juga mencatat capaian signifikan: pengeboran 5 sumur eksplorasi, 341 sumur pengembangan, dan lebih dari 15 ribu kegiatan well services hingga Mei 2025.
Tak hanya itu, PHE juga mencatatkan penambahan sumber daya 2C sebesar 767 juta barel setara minyak (MMBOE) dan tambahan cadangan terbukti (P1) sebesar 40,9 MMBOE. Capaian ini turut diperkuat oleh keberhasilan pengeboran di sumur EPN-002 di Jawa Barat dan survei seismik 3D di Sumatera serta penandatanganan kontrak bagi hasil Wilayah Kerja (WK) Melati dan WK Binaya.