banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600
HeadlineMempawahUncategorized

Fenomena Awan Caping

×

Fenomena Awan Caping

Sebarkan artikel ini
Fenomena Awan Membentuk Pusaran atau caping di Gunung Rinjani (Sumber foto istimewa/FB Ernawati Wibowo)

triggernetmedia.com – Orang jaman dulu beranggapan bahwa para dewa dan arwah leluhur turun ke bumi. Konon, mereka para penguasa dunia atas bertemu dengan para penguasa jagad dan dunia bawah untuk membicarakan nasib peradaban di Nusantara.

Secara Ilmiah fenomena awan yang membentuk caping itu disebut awan lenticular.

Awan LENTICULAR (Altocumulus lenticularis dalam bahasa Latin) adalah awan stasioner yang terbentuk di troposfer. Biasanya dalam keselarasan tegak lurus dengan arah angin. Kondisi itu sering sebanding dalam penampilan dengan lensa atau piring.

Awan Lenticular adalah awan yang biasanya berbentuk piring raksasa yang biasa ditemukan di dekat bukit atau pegunungan. Awan ini terbentuk dari hasil pergerakan angin yang menabrak dinding penghalang besar seperti pegunungan yang akhirnya menimbulkan sebuah pusaran.

Awan Lenticular terlihat begitu padat padahal tidak demikian, terlihat padat karena aliran udara lembab terus mengaliri disekitar awan dan akan keluar lewat permukaan paling bawah sehingga awan ini bisa bertahan sampai berhari – hari.

Meskipun awan Lenticular ini adalah fenomena alam yang indah, awan ini sangat dihindari dan ditakuti oleh para pilot pesawat. Karena awan ini dapat menyebabkan turbulensi bagi pesawat yang nekat memasuki awan atau hanya terbang di dekat awan Lenticular.

Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Mempawah, Ismaharto Adi mengatakan awan Lenticular atau fenomena awan membentuk seperti caping atau pusaran di puncak gunung yang membawa udara hangat dan lembab, kemudian bertemu dengan udara dingin di puncak gunung.

“Udara tersebut kemudian berkondensasi menjadi awan. Sehingga awannya berbentuk caping atau berbentuk seperti pusaran,” jelasnya, Rabu.

Namun, kata Ismaharto Adi, awan Lenticular tidak berbahaya bagi masyarakat, dan
sering terjadi pada saat cuaca cerah dan udaranya stabil.

“Sehingga formasi awan ini bisa bertahan lama. Jika udara tidak stabil biasanya yang timbul awan cumulus hingga awan cumulunimbus yang berpotensi hujan dan petir,” ujar dia.

Menurut Ismaharto Adi, hampir di semua gunung pasti pernah terjadi fenomena awan Lenticular. Fenomena alam tersebut, kata dia sangat berbahaya.

“Sebab, ketika posisi awan caping atau pusaran terbentuk di puncak gunung, maka fenomena alam tersebut berbahaya bagi penerbangan. Karena dapat menimbulkan mermasalah lain, yakni Clear Air Turbulence. Turbulensi adalah gerakan udara yang tidak beraturan, yang disebabkan oleh tekanan udara atau suhu,” kata Ismaharto Adi.

Pewarta : Ariz
Editor : Ariz

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Uncategorized

Dorong UMKM Gunakan Produk Dalam Negeri PONTIANAK –…