triggernetmedia.com – Suasana budaya akan terasa semakin hidup di Kalimantan Barat pada akhir tahun ini. Provinsi berjuluk “Bumi Khatulistiwa” itu resmi ditetapkan sebagai tuan rumah Hari Pantun Dunia (Harpandu) dan Hari Pantun Nasional (Hartunas) yang akan digelar pada 16–17 Desember 2025.
Peringatan ini bukan sekadar seremonial. Ia menjadi simbol kecintaan bangsa terhadap pantun — warisan budaya takbenda yang telah diakui UNESCO sebagai salah satu kekayaan sastra lisan dunia.
Pontianak Jadi Pusat Gerak Pelestarian
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menegaskan bahwa pemerintah kota siap mendukung penuh penyelenggaraan Harpandu dan Hartunas.
Menurutnya, pantun adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Pontianak yang dikenal ramah, santun, dan berbudaya.
“Pantun sudah mendarah daging dalam masyarakat kita. Pemerintah Kota Pontianak siap berperan aktif agar tradisi ini terus hidup dan diwariskan,” ujar Edi dalam Sosialisasi Harpandu dan Hartunas 2025 di Ruang Pontive Center.
Dari Sekolah ke Ruang Publik
Sebagai langkah nyata, Pemkot Pontianak akan mengintegrasikan budaya pantun ke dunia pendidikan.
Mulai dari kegiatan ekstrakurikuler hingga pelatihan kreatif, anak-anak sekolah dasar dan menengah akan diajak mengenal pantun sejak dini.
“Kami ingin generasi muda bangga berpantun. Ini bisa menjadi cara menyenangkan untuk belajar berbahasa santun sekaligus mencintai budaya sendiri,” tambahnya.
Tradisi Lintas Negeri Serumpun
Kegiatan Harpandu dan Hartunas 2025 juga akan diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Kalbar, serta perwakilan dari Lahad Datu (Malaysia) dan wilayah Serumpun Melayu lainnya.
Pantun menjadi jembatan budaya lintas negara yang mempererat hubungan persaudaraan bangsa serumpun.
Pantun: Warisan yang Hidup di Tengah Masyarakat
Dalam kehidupan masyarakat Melayu, pantun hadir di setiap kesempatan: dari acara adat, pernikahan, lamaran, hingga sambutan resmi.
Selain menjadi hiburan, pantun juga sarat dengan nilai moral, kearifan lokal, dan pesan sosial yang mudah diterima masyarakat.
“Pantun ini media komunikasi yang halus, lucu, tapi penuh makna. Ia membuat budaya tetap hidup dan berakar,” tutur Edi.
Semangat Lestari untuk Generasi Muda
Melalui momentum Harpandu dan Hartunas 2025, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat berharap semangat berpantun tumbuh semakin kuat di tengah masyarakat.
Pantun diharapkan tidak hanya menjadi kenangan, melainkan identitas budaya yang hidup dan berkembang di era modern.
“Kita ingin pantun terus bergema — dari tepi sungai Kapuas hingga ke panggung dunia,” ujar Edi penuh semangat.