banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600

Lebih dari 2 Pekan Pontianak dilanda HTH, ini Prakiraan BMKG

banner 120x600
triggernetmedia.com – Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Supadio Pontianak, Erika Mardiyanti mengatakan sudah lebih dari dua pekan terakhir Kota Pontianak dan sekitarnya dilanda Hari Tanpa Hujan. Kondisi tersebut terhitung sejak hujan terakhir yang turun pada tanggal 26 – 27 Juli 2019.
“Bahkan sebagian wilayah di Kabupaten Ketapang terhitung hari tanpa hujan sudah dalam kategori Sangat Panjang 31 – 60 hari. Kondisi ini memicu banyaknya jumlah hotspot saat ini di Kalimantan Barat,” ungkapnya, Minggu (11/8).
Erika menjelaskan, berdasarkan analisis garis angin menunjukkan angin di sekitar Kalimantan Barat bergerak ke arah utara menuju pusat Badai  “LEKIMA”.
Selain Badai tersebut, lanjutnya, di dekatnya terdapat juga Badai  “KROSA”.
“Diduga adanya 2 Badai tersebut menyebabkan massa udara di Kalbar tergerak menuju pusat badai sehingga Kalbar tidak ada hujan,” jelasnya.
Erika memaparkan, bahwa badai “LEKIMA” sudah pada tekanan 980 hPa. Sementara Badai “KROSA” masih berada pada tekanan udara 965 hPa.
Badai “LEKIMA”, sambungnya, diprakirakan sudah punah pada tanggal 13 Agustus 2019. Sementara Badai “KROSA” akan punah sekitar tanggal 15 Agustus 2019.
“Saat badai ini punah, diprakirakan akan terjadi perubahan pola pembentukan angin di Kalbar, Pola angin akan menjadi pendukung pembentukan awan hujan di Kalbar,” paparnya.
Berdasarkan model potensi hujan, sambung Erika, diprakirakan Kalbar akan mulai hujan sekitar tanggal 13 Agustus 2019, dimulai dari wilayah Kalbar bagian utara.
Pada tanggal 14 Agustus 2019 diprakirakan hujan sudah akan terjadi di sebagian besar wilayah Kalbar.
“Potensi kemudahan kebakaran hutan dan lahan ditinjau dari analisis parameter cuaca menunjukkan sebagian besar Kalbar dalam kategori AMAN mulai tanggal 15 Agustus 2019,” jelasnya.
Sehubungan dengan diprakirakan masih belum adanya hujan di Kalbar hingga beberapa hari ke depan, masyarakat diimbau  tidak melakukan aktifitas pembakaran hutan dan lahan. Masyarakat juga diimbau menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi air putih secara cukup dan mengenakan masker.
“Terpenting adalah mengantisipasi dampak yang yang bisa terjadi pada sektor apapun akibat gangguan adanya asap dan rendahnya potensi hujan,” timpal Erika Mardiyanti.
Ariz

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *