banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600
Kapuas RayaKilas Kalbar

Rumah lanting sebagai hunian dan tumpuan hidup warga Melawi

×

Rumah lanting sebagai hunian dan tumpuan hidup warga Melawi

Sebarkan artikel ini

triggernetmedia.com – Keberadaan rumah lanting atau rumah apung hingga kini masih dapat dijumpai di Provinsi Kalimantan Barat.
Di Kota Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi misalnya, terdapat puluhan rumah lanting yang masih terjaga dan menjadi salah satu pilihan hunian warga untuk tinggal menetap di aliran Sungai Pinoh maupun sungai Melawi.

“Rumah lanting itu bagian dari kearifan lokal yang dapat dijadikan salah satu destinasi wisata di Kota Nanga Pinoh. Keberadaan rumah lanting dapat dikatakan tidak pula tergilas zaman, sampai sekarang masih ada,” kata Ketua SAPMA Pemuda Pancasila Kabupaten Melawi, Galih Wana Bhakti, Minggu (21/7).

Galih mengatakan, tinggal di rumah lanting aman dari banjir. Rumah yang di huni di atas air itu terbilang kuat dan tidak mudah tenggelam.

“Karena umumnya pondasi rumah lanting milik warga itu terbuat dari bahan rakit kayu bulat yang dirakit dengan kuat,” jelasnya.

Hendra (44), salah seorang warga yang tinggal di rumah lanting di Desa Paal, Nanga Pinoh mengatakan, rumah lanting umumnya terbuat dari papan kayu. Saat ini menurutnya rumah lanting bahkan telah dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat usaha.

“Seperti menjual kebutuhan bahan pokok, rumah makan, penginapan. Bahkan diantara warga ada juga yang menjadikan rumah lanting sebagai tempat menjual bahan bakar minyak untuk kebutuhan transportasi sungai,” ujarnya.

Meski demikian, kata Hendra, tinggal dirumah lanting tentu saja ada suka dukanya. Jika musim air pasang, maka harus cepat untuk mengontrol ikatan tali lanting.

“Kita was-was juga kalau talinya terputus ataupun terlepas akibat arus deras,” ujar Hendra.

Sama halnya saat musim kemarau. Menurut Hendra, pemilik lanting juga harus cekatan dalam melihat kondisi air.

“Jika tidak, kondisi rumah lanting bisa miring tersangkut dipinggir sungai,” timpalnya.

Hendra mengaku sudah 13 tahun lamanya ia merasa nyaman tinggal di rumah lanting. Meski demikian, dirinya terkadang dihantui kekhawatiran, karena saat ini dia masih memiliki anak kecil. Karena itu dia dan istrinya harus berhati-hati dalam mengawasi anak-anaknya di rumah lanting tersebut.

Hendra menyebut, membangun rumah lanting sebagai rumah tinggal sebenarnya juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dia mencontohkan, dari rumah lanting yang dibangunnya saja saat ini saja sudah menghabiskan biaya mencapai puluhan juta rupiah.

“Tergantung dari besar kecilnya bahan ukuran lanting yang dibuat juga,” jelasnya.

Keberadaan rumah lanting di sungai Pinoh dan sungai Melawi sampai saat ini boleh dibilang cukup menguntungkan pemiliknya. Apalagi Pemerintah Kabupaten Melawi sejauh ini belum menjadikan rumah lanting sebagai objek pajak.

“Memang sejauh ini rumah lanting kami belum pernah ditagih atau dikenakan PBB. Kalau pun ada, kita siap saja. Yang penting jelas dasar hukumnya,” kata Hendra.

Pewarta : Dea
Editor : Ariz

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *