triggernetmedia.com – Desa Kebebu di Kecamatan Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi merupakan salah satu desa yang menyimpan potensi sumber daya alam dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang berlimpah. Mulai dari rotan, madu, damar, buah asam maram, gandis, getah jelutung, pandan dan lainnya.
Dari berbagai potensi itu, kini masyarakat desa Kebubu mulai melirik pengembangan HHBK untuk dijadikan sesuatu yang benilai ekonomis.
“Sekarang ini masyarakat Kampung Sebaju, di desa kami sudah mulai mencoba mengembangkan produk dari HHBK, yakni dengan membuat sirup dari buah Asam Maram,” ujar Kepala Desa Kebebu, Ahmad Yani.
Asam Maram adalah salah satu buah hutan yang masih banyak ditemukan di dalam Hutan Kalimantan. Bentuk pohon dan buahnya mirip dengan buah Salak. Memiliki kulit bersisik.
“Namun memiliki rasa yang sangat asam. Tak jarang, buah ini menjadi salah satu buah primadona yang dicari kaum hawa yang sedang mengidam,” kata Ahmad Yani.
Menurutnya dalam upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan serta pengembangan usaha produk sirup Asam Maram di Sebaju, pihak lembaga pendamping masyarakat Sebaju ‘Suar Institute’ yang didukung penuh sejumlah lembaga mitra seperti dari pihak WWF Indonesia, Lembaga JARI, Lembaga LPS Air, Lembaga INTAN, Dompet Dhuafa, KPH Wilayah Melawi, Lembaga Gamawan dan Pemerintah Desa.
“Karena itu produk olahan tersebut juga pernah di pamerkan dalam acara Hari Ulang Tahun ke 20 Lembaga Gemawan pada bulan April 2019 lalu di Pontianak,” ucapnya.
Saat ini, kata Ahmad Yani, Desa Kebebu terdapat 376 kepala keluarga yang tersebar di tiga dusun yakni, Dusun Kebebu, dusun lebak tapang dan dusun Sebaju.
Dusun Sebaju kini menjadi daerah projek pengembangan berbasis lingkungan dan ekonomi kerakyatan yang dilirik oleh Lembaga Suar Institute Melawi dan WWF Indonesia.
“Kami merasa bersyukur dan berterima kasih sekali kepada lembaga Suar Institute bersama WWF Indonesia yang masih konsen memberikan perhatian khusus bagi masyarakat di Kebebu, khususnya masyarakat di kampung Sebaju,” ucap Ahmad Yani.
Tak hanya diberikan pemahaman, masyarakat juga telah diberikan pengetahuan dalam mengenal potensi HHBK yang ada di Hutan Adat Sebaju. Antusiasme masyarakat yang memanfaatkan peluang usaha tersebut perlahan dikembangkan dan diolah menjadi produk bernilai ekonomis dan dilakukan penguatan melalui pelatihan pengolahan produk.
“Masyarakat sebelumnya mengambil hasil hutan untuk digunakan seadanya saja, tapi tidak diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis. Namun sekarang mudah-mudahan usaha produk sirup Asam Maram Kampung Sebaju ini dapat berkembang dan mendapat respon posistif dipasaran,” harap Ahmad Yani.
Direktur Suar Institute Melawi, Sukartaji menyatakan pihaknya berupaya melakukan pendampingan kepada masyarakat di Desa Kebebu, khususnya di Dusun Sebaju dalam pengelolaan HHBK di dalam kawasan Hutan Rasau Sebaju dengan luas yang mencapai 200 Hektar.
Dikatakan, selain akan menggelar pelatihan pengolahan buah Asam Maram menjadi produk sirup, pihaknya juga akan melatih tentang sistem pengemasan produk hingga sistem pemasaran produk.
“Kami juga saat ini sedang mendorong pemerintah Kabupaten Melawi untuk pengakuan hutan adat Rasau Sebaju. Kelengkapan legalitasnya juga sedang disusun dengan dibantu sejumlah mitra Suar Institute,” sebut Sukartaji.
Pewarta : Dea
Editor : Ariz