KETAPANG (triggernetmedia.com) – Suasana di Kota Ketapang jelang perayaan Imlek 2019 diakui semaraknya tak seperti tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, aneka pernak-pernik seperti lampion dan makanan khas warga Tionghua di Kalimantan Barat itu, pada awal pekan ini atau dua minggu jelang Perayaan Imlek mulai mewarnai sejumlah kelenteng.
Ketua Majelis Budaya Tionghua (MABT) Kabupaten Ketapang Susilo Aheng, menyebut, kondisi itu tidak semeriah tahun lalu.
“Semarak Imlek tahun ini shionya kan babi. Tetapi kondisinya memang terlihat tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Penjualan pernak-pernik jelang imlek juga lebih sedikit dari tahun lalu,” kata dia.
Penjual pernak-pernik tahun baru imlek 2019, kata Susilo Aheng, seperti di pusat perbelanjaan di Pasar Baru dan pertokoan lainnya di Kota Ketapang kondisinya saat ini juga masih terlihat sepi.
Tokoh MABT di Kota Ketapang itu mengira, lengangnya geliat warga, khususnya etnis Tionghua mendekati perayaan Imlek tahun 2019 boleh jadi karena berbenturan dengan tahun politik.
“Mungkin faktor mau pemilu juga ini. Tetapi tentunya kepada warga Tionghua khususnya, kita imbau agar selalu selalu mejaga netralitas, dan tetap menjaga keharmonisan antar umat beragama yang sudah terjalin baik selama ini di Kabupaten Ketapang,” ucap Susilo Aheng.
Tradisi imlek menurut Susilo Aheng, sebenarnya di adopsi dari budaya China. Tradisi itu, kini telah memperkaya khasana budaya Indonesia, dan menjadi bagian dari keragaman bangsa.
“Inilah wujud nyata dari kebhinekaan dan pengamalan Pancasila di negara kita. Dimana Indonesia menjadi salah satu negara yang paling toleran di dunia. Karena berbagai keyakinan atau agama-agama yang diakui negara, dapat hidup berdampingan dengan damai, dan diberi penghormatan yang sejajar tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan satu dengan lainnya,” ungkapnya.
Pewarta : Jhon
Editor : Arizbroadcaster