banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600

Kenaikan Harga Ayam Potong dan Cabai Biang Kerok Inflasi di Pontianak

Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji bersama Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono memberikan keterangan pers (foto Prokopim).
banner 120x600

triggernetmedia.com – Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskumdag) Kota Pontianak, Haryadi S Triwibowo menuturkan saat ini ada selisih harga ayam yang menjadi pemicu kenaikan harga saat ini. Selisih harga itu telah terjadi sejak bulan puasa lalu.

“Saat ini harganya hampir mencapai Rp40 ribu per kilogram. Kenaikan harga itu dipicu karena kurannya pasokan ayam,” ujar Haryadi di Pontianak, Senin (15/6/2020).

Selain itu, ia mengatakan kenaikan harga bisa saja disebabkan keterbatasan bibit dan pakan. Pada bulan puasa lalu, harga ayam bisa mencapai Rp 28 ribu perkilogram.

Haryadi berharap peternak tidak membatasi pasokan yang kemudian bisa membuat harga bergejolak sehingga menyulitkan masyarakat sebagai konsumen. Menurutnya dari rantai distribusi pemenuhakan pakan ayam didatangkan dari luar.

“Karena pakan didatangkan dari luar sementara pabrik banyak yang tutup sehingga stoknya pun berkurang. Biasanya rantai distribusi seperti itu, sehingga kemudian membuat ayam pun langka,” katanya.

Kerap Jadi Biang Inflasi, Edi Ajak Warga Tanam Cabai

Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengajak masyarakat untuk menanam cabai di pekarangannya masing-masing. Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak perlu lagi membeli cabai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

“Apalagi komoditas cabai ini kerap menjadi penyumbang inflasi setiap bulannya,” ujarnya saat menghadiri penyerahan 12 ton cabai rawit untuk didistribusikan Perusda Aneka Usaha di Halaman Kantor Gubernur Kalbar, Senin (15/6/2020) di Pontianak.

Menurutnya, harga cabai rawit di pasaran saat ini mulai melonjak naik, kisaran harga Rp39 ribu hingga Rp43 ribu. Namun apabila stok cabai di pasaran persediaannya mencukupi, dirinya yakin harga cabai bisa stabil dan terkendali.

“Apalagi cabai ini tidak bisa bertahan lama, maksimum empat hari,” jelas Edi.

Edi berharap ada daerah di Provinsi Kalbar yang bisa menjadi sentra produksi pertanian termasuk tanaman cabai. Ia menyebut, secara umum di Kalbar ada beberapa komoditas yang cocok untuk ditanami.

“Hanya tinggal bagaimana sistem penanaman dan pendistribusiannya,” jelasnya lagi.

Adanya pasokan cabai sebanyak 12 ton yang akan didistribusikan di wilayah Kalbar oleh Pemprov Kalbar melalui Perusda Aneka Usaha, dirinya menyambut baik karena sebagai upaya dalam menstabilkan harga cabai di pasaran supaya tidak terjadi inflasi yang tinggi.

“Hal ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menjaga harga kebutuhan pokok,” kata Edi.

Saat ini, sambungnya, geliat pasar sudah mulai menunjukkan peningkatan harga pada sejumlah komoditas. Hal ini dibuktikan dengan beberapa komoditas yang meningkat harganya. Apalagi pada saat ini cuaca musim hujan. Ia berharap dengan langkah yang dilakukan Pemprov Kalbar bisa terus berlanjut sehingga beberapa komoditas di Kota Pontianak yang harganya melambung tinggi bisa distabilkan.

“Supaya kita bisa mengendalikan inflasi di Kota Pontianak,” pungkasnya.

Sementara itu, Gubernur Kalbar Sutarmidji mengatakan, Perusda Aneka Usaha sekarang ini dimintanya untuk memasok cabai bekerja sama dengan distributor dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini dilakukan agar Perusda Aneka Usaha berkembang dalam melakukan usahanya.

“Dari pada Perusda menggeluti usaha berskala kecil saja, ada baiknya melakukan kegiatan usaha seperti ini untuk membantu pemerintah daerah menstabilkan harga pangan,” ucapnya.

Dikatakannya, kebutuhan cabai di Kalbar antara 1.500 ton per bulan. Sementara produksi cabai antara 300-400 ton. Hal itu membuat harga cabai fluktuatif dan kerap menjadi penyumbang inflasi di daerah ini.

“Jadi inflasi naik turun juga disebabkan oleh komoditas cabe,” kata Sutarmidji.

Ia menilai, kalau dilihat dari sistem kuadran, cabe selalu berada di kuadran pertama penyebab inflasi. Padahal seharusnya masuk ke kuadran keempat.

“Sehingga tidak menjadi penyumbang inflasi setiap bulan,” katanya memungkasi.

Jim I Ariz

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *