banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600 banner 120x600

Ini sosok penting dibalik prestasi karateka Dea Destia Renata

banner 120x600

triggernetmedia.com – Monika Ain (41) menilai anaknya Dea tidak pernah setengah-setengah dalam menekuni sesuatu yang digemarinya.

“Dea itu tekun, dis benar-benar serius. Itulah sosoknya anak tunggal kami. Dia juga anak yang pantang menyerah. Apalagi kalaubpernah gagal, dia pasti akan bangkit. Apalagi itu sudah menjadi targetnya, akan dikejar. Intinya anaknya suka tantangan, apalagi tantangan yang bergengsi,” ungkap Monika.

Menurut Monika, setiap kali Dea menginginkan sesuatu atau minta dibelikan barang yang dia mau. Sebagai orangtua terkadang iseng memberikan tantangan dan motivasi.

“Misalnya minta belikan HP, kami bolehkan asal dia harus juara kelas dulu. Dan itu dibuktikannya tamat SD, puji Tuhan Dea juara 1,” ujar Monika bercerita.

Sebagai orangtua, Monika mengaku awalnya memang melarang Dea untuk ikut karate. Karena selain Dea anak satu-satunya, Dea juga perempuan. Sang ibu, Monika saat itu merasa ada rasa tidak tega, karena kegiatan bela diri itu sangat keras. Namun dengan melihat semangat dan tekad Dea, yang mendapatkan dukungan dari sang suami, akhirnya turut mendukung.

“sekali lagi saya bilang ke Dea, kalau mau ikut karate jangan hanya ikut-ikutan harus bisa prestasi. Ternyata itu dibuktikan dia,” tutur Monika.

Selain tantangan yang diberikan untuk memotivasi dirinya, lanjut Monika, baru-baru ini juga di ajang O2SN cabor Karate tingkat Provinsi, Dea meminta agar dibelikan pakaian Karate yang bermerek internasional (arawaza), namun katanya boleh dibelikan, asal bisa tembus ke nasional.

“dan lagi-lagi dibuktikannya. Puji Tuhan dapat Juara 1 juga, dan lanjut ke tingkat Nasional di Bulan Agustus mendatang. Dari itulah saya katakan Dea tidak bisa ditantang karena pasti akan dikejar,” ucapnya.

Istri dari Sabar Sitorus (45) ini juga menceritakan, bahwa Dea bukanlah sosok yang manja walaupun dia anak tunggal semata wayang. Dia justru kerap membantu pekerjaan rumah, seperti melipat pakaian, cuci piring, dan beberes rumah.

Sebagai seorang ibu, Monika kini lebih mendukung apa yang menjadi pilihan anaknya, termasuk karate. Menurutnya, selagi itu adalah hal yang positif bagi anaknya, juga untuk orang banyak. Terlebih Dea sangat berpotensi dalam mengembangkan bakatnya itu.

“yang jelas dukungan doa yang terbaik tetap harus diutamakan,” ucapnya bangga.

Monika dan suami berharap capaian prestasi yang telah diraih dengan susah payah oleh Dea saat ini dapat memberikan motivasi bagi teman-teman seperjuangannya, dan adik-adik tingkatnya dibidang apa saja.

“Kami sebagai orangtua juga sangat berharap ada dukungan dari pihak pemerintah, karena ini bukan hanya membawa nama Dea sendiri tetapi membawa nama Kabupaten Bengkayang. Terlebih sampai mereka mampu membawa nama Provinsi di tingkat Nasional itu bukan hal yang mudah, jadi diharapkan agar pihak pemerintah kabupaten Bengkayang juga bisa memperhatikan siswa siswi atau atlit yang berprestasi agar mereka semakin bersemangat dan merasa dianggap, dan dihargai dan diperhatikan,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 1 Bengkayang, Emeliana mengatakan, Dea adalah sosok anak yang sederhana, tetapi dalam lomba ia sosok anak yang memiliki motivasi tinggi untuk menjadi petarung yang terbaik.

“Dia orang yang serius, dan juga pendiam. Saya pikir dengan modal seperti ini kalau yang serius bisa mendapatkan yang ia inginkan,” ujar Emel.

Sebagai kepala sekolah, kata Emel, ia juga tidak harus menuntut paling tidak Dea berbuat yang terbaik. Karena ia yakin dan percaya Dea juga pasti menginginkan yang terbaik.

“Apapun hasilnya, kami pihak sekolah tetap menghargai usaha anak tersebut (Dea),” tegasnya.

Selain itu, kata Emel tentu pihak sekolah akan menyiapkan atau memberikan penghargaan berupa sertifikat kepada Dea termasuk pada anak-anak yang berprestasi lainnya.

“Jangankan yang masuk ajang nasional, di tingkat sekolah pun kami menyiapkan sertifikat untuk bekal mereka masuk SMA. Apalagi sekarang pendaftaran sistim PPDB ada yang tiga zona, yakni zona prestasi, perpindahan orang tua, dan sistem zonasi sendiri. Melihat hal itu kita tetap memberikan bekal berupa sertifikat,” tegas Emel.

Pewarta : Nar.                                                              Editor : Ariz.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *